Aksara Jawa dan Contohnya Secara Lengkap | Pasangan, Sandhangan, dan Contoh Tulisan
Aksara Jawa - Bagian-bagian pada aksara Jawa menurut penerapannya dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu;
1. Aksara Jawa yang berwujud wanda Legena. Artinya wanda legena yaitu suku kata berakhiran tetap yaitu a saja. Aksara legena yang sering disebut dengan aksara jawa carakan ini berjumlah 20 aksara dan pasangannya juga berjumlah 20 aksara.
2. Aksara murda atau aksara gedhe jumlahnya ada 8 aksara.
3. Aksara suwara atau aksara vocal jumlahnya ada 5 aksara.
4. Aksara rekan atau aksara rekakan, wujudnya ada 2 golongan
a. Aksara rekan untuk menulis tembung-tembung asal bahasa Arab.
b. Aksara rekan untuk menulis tembung-tembung asal bahasa lnggris.
Aksara Jawa Carakan lan Pasangane
Aksara Jawa carakan merupakan aksara jawa dalam bentuk huruf Jawa secara dasar. Aksara jawa carakan ini berwujud wanda legena atau bersuku kata tetap yaitu a (jika dibaca berakhiran a semua). Aksara jawa carakan ini berjumlah 20 aksara. Dari ke-20 aksara carakan ini masing-masing memiliki pasangan yang fungsinya adalah untuk mematikan atau menghilangkan vokal dari aksara sebelumnya. Jadi kegunaan aksara jawa pasangan ini yaitu untuk menuliskan suku kata yang tidak bervokal. Aksara jawa pasangan juga berjumlah 20 aksara. Contoh aksara jawa carakan, pasangan, dan cara penulisannya dapat anda pelajari pada gambar berikut ini.Contoh Tulisan Aksara Jawa lan Pasangane
Contoh cara menulis aksara jawa lan pasangane dapat anda lihat pada contoh gambar di atas. Seperti pada penulisan aksara jawa yang pertama di atas yaitu penulisan aksara ha/a, Tuladha; "aku lagi mangan apem". Dengan memberi pasangan ha/a pada huruf na maka cara membacanya bukan lagi "aku lagi mangana pem" tetapi "aku lagi mangan apem". begitu pula pada contoh penulisan aksara jawa selanjutnya dapat anda perhatikan pada contoh penulisan aksara jawa lan pasangane pada gambar di atas.Aksara Jawa Sandhangan
Aksara jawa dalam bentuk wujud dasar (aksara carakan) itu berwujud wanda legena artinya hanya bervokal a jika dibaca. Maka dari itu supaya dapat bersuara selain a saja, maka harus diberi sandhangan. Sandhangan aksara jawa artinya adalah suatu tanda untuk mengubah suara suku kata pada aksara jawa carakan. Aksara jawa sandhangan dalam penulisan aksara jawa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu;1. Sandhangan Urip
Sandhangan urip yaitu sandangan pada aksara jawa yang berbunyi vokal i, u, e', e, dan o. Sandhangan urip pada aksara jawa terdapat 5 macam yang masing-masing memiliki nama dan keterangan bunyi vokal yang berbeda-beda. Kelima sandhangan urip dalam aksara jawa beserta contoh penulisannya tersebut dapat anda pelajari pada gambar di bawah ini.
2. Sandhangan Panjingan
Sandhangan panjingan artinya adalah sandhangan sisipan (sêsêlan) huruf lain pada suatu aksara jawa. Sandhangan panjingan ini dibaca menyatu dengan aksara yang disisipinya. Terdapat 5 macam sandhangan panjingan, yaitu;
1. Cakra = manjing swara RA
2. Pèngkal = manjing swara Ya
3. Kêrêt = manjing swara RÊ
4. Panjingan WA= sêpêrti pasangan WA
5. Panjingan La = sêpêrti pasangan LA
Sandhangan panjingan RA, YA dan RÊ ini memiliki nama sendiri karena bentuknya tidak sama dengan pasangan RA, YA dan RÊ sehingga ketiga panjingan ini masuk pada jenis-jenis sandhangan. Sedangkan WA dan LA memiliki bentuk sama dengan pasangan sehingga keduanya disebut dengan nama panjingan WA dan panjingan LA. Berikut ini contoh sandhangan panjingan dalam aksara jawa beserta contoh penulisannya.
3. Sandhangan Panyigeg
Sandhangan panyigeg artinya adalah sandhangan yang berfungsi untuk menutup suku kata dalam penulisan aksara jawa. Terdapat 4 macam sandhangan panyigeg, yaitu;
a. Pangkon
Pangkon merupakan penanda aksara jawa yang berfungsi untuk mematikan aksara yang dipangku sehingga hanya menyisakan aksara konsonan penutup suku kata.
b. Wignyan
Wignyan yaitu sebagai tanda sigegan aksara ha. Jadi sandhangan wignyan ini dipakai untuk melambangkan konsonan h penutup suku kata.
c. Layar
Layar yaitu sebagai tanda sigegan aksara ra. Jadi sandhangan layar ini dipakai untuk melambangkan konsonan r penutup suku kata.
d. Cecak
Cecak yaitu sebagai tanda sigegan nga. Jadi sandhangan cecak ini dipakai untuk melambangkan konsonan ng penutup suku kata.
Berikut ini contoh sandhangan panyigeg dalam aksara jawa beserta contoh penulisannya.
Aksara Jawa Murda
Aksara murda adalah aksara jawa berupa huruf kapital yang digunakan dalam penulisan aksara jawa. Aksara murda ini khusus digunakan dalam menulis istilah-istilah kehormatan serta menulis huruf depan pada nama orang, nama tempat, atau kata-kata yang penulisan huruf depannya menggunakan huruf kapital. Dalam penulisannya aksara murda ini tidak boleh dipangku. Menurut sejarah aksara murda terdiri dari 8 aksara. Berikut ini wujud aksara jawa murda dan contoh penulisannya.Aksara Jawa Swara
Aksara swara yaitu jenis aksara jawa yang digunakan untuk menulis aksara vokal a, i, u, e, o. Aksara swara ini digunakan untuk menulis kata-kata yang diserap dari bahasa asing (contoh penulisan 1). Aksara swara tidak boleh jadi pasangan. Aksara swara yang terdapat di belakang suku kata yang dimatikan/ wanda sigeg, aksara yang bersuku kata mati tersebut harus dipangku (contoh penulisan 2). Aksara swara tidak boleh diberi sandangan swara a, i, u, e, dan o (contoh penulisan 3).
Aksara Jawa Angka
Aksara Jawa angka merupakan aksara jawa yang digunakan untuk menulis angka nol sampai dengan sembilan dalam bahasa Jawa. Sebagaimana penulisan angka dalam bahasan Indonesia, aksara jawa juga memiliki aksara untuk menulis angka. Nama angka dalam bahasan jawa dilafazkan dengan nama (basa ngoko) nol/das, siji, loro, telu, papat, lima, enem, pitu, wolu, sanga yaitu angka satu sampai sembilan. Berikut ini wujud aksara angka dalam penulisan aksara jawa.Aksara Jawa Rekan
Aksara rekan dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari bahasa Arab dan aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari serapan bahasa Inggris.a. Aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari serapan bahasa Arab.
Aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari bahasa Arab terdiri dari lima macam aksara, antara lain;
b. Aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari serapan bahasa Inggris.
Aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari serapan bahasa Inggris sampai sekarang belum ada aturan bakunya. Maka dari itu kata serapan bahasa Inggris dapat ditulis menggunakan aksara jawa. Penulis menggunakan rekan sesuai penulisan aksara jawa agar kata yang berasal dari serapan bahasa Inggris tersebut dapat ditulis menggunakan aksara jawa hingga terbaca sesuai dengan kata yang diucapkan.
Asal Usul Aksara Jawa
Menurut penelitian para ahli, asal usul aksara Jawa berasal dari aksara Kawi. Dimana aksara kawi merupakan karya orang Jawa pada jaman dahulu dengan berdasar pada aksara Pallawa dan aksara Dewanagari dari India. Jadi pada jaman dahulu asal usul aksara Jawa dipercaya sama dengan aksara Dewanagari. Akasara Pallawa dan aksara Dewanagari dapat dikatakan merupakan asal usul dari aksara Kawi berdasarkan pada prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan, seperti berikut ini;1. Prasasti tertulis menggunakan aksara Pallawa yang ditemukan di daerah Palembang.
2. Prasasti tertulis menggunakan aksara Nagari atau Dewanagari yang ditemukan di Candi Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
3. Prasasti yang ditulis pada batu-batu bersejarah atau barang-barang logam menggunakan aksara Kawi, yang ditemukan di sekitar Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Dimana perwujudan aksara Jawa pada zaman dahulu dengan jaman sekarang sudah sangat berbeda jauh dan banyak mengalami perubahan. Aksara Jawa pada jaman sekarang banyak memiliki kemiripan dengan aksara yang tertulis di daun lontar yang ditemukan di Bali.
Dentawyanjana
Dentawyanjana yaitu urut-urutan aksara Jawa Hanacaraka. Aksara Jawa yang baku berjumlah 20 aksara berwujud wanda Legena(suku kata berakhiran a). Maka dari itu jika akan menulis wanda sigeg, harus dipasangi atau dipangku. Aksara Jawa yang berjumlah 20 tersebut tersusun menjadi empat kalimat Hanacaraka yang memiliki makna sesuai dengan dongeng "Dora Sambodo" ketika Jaman Ajisaka.Setiap kalimat-kalimat tersebut memiliki makna, sebagai berikut;
1) Hana Caraka, artinya ana utusan.
2) Data Sawala, artinya padha suwala utawa padha kerengan.
3) Padha Jayanya, artinya padha degdayane utawa padha sektine.
4) Maga Bathanga, artinya padha dadi bathang utawa padha mati sampyuh (kalah mati bareng)
Dimana urut-urutan aksara Jawa tersebut dinamakan carakan atau Dentawyanjana, atau dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan abjad.
Baca juga:
Unggah-Ungguh Basa Jawa (Basa Ngoko, Basa Madya, lan Basa Krama)
Tembung Entar Lan Tegese dalam Bahasa Jawa
Tembung Garba Dalam Bahasa Jawa dan Contohnya
Demikian ulasan tentang "Aksara Jawa dan Contohnya Secara Lengkap | Pasangan, Sandhangan, dan Contoh Tulisan" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel bahasa daerah Jawa menarik lainnya hanya di situs SeniBudayaku.com.