Mengenal Suku Nias Sumatera Utara dan Unsur-Unsur Kebudayaannya

Sumatera Utara adalah provinsi multietnis dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di Indonesia. Salah satu penduduk asli Sumatera Utara adalah Suku Nias yang menghuni wilayah kepulauan Nias. Suku Nias memiliki beragam tradisi budaya yang menarik untuk kita pelajari. Berikut ini ulasan tentang suku Nias Sumatera Utara dan unsur-unsur kebudayaannya agar dapat memberikan tambahan wawasan akan keragaman tradisi dan budaya Nusantara.

Suku Nias Sumatera Utara

Suku Nias merupakan salah satu suku bangsa di Sumatera Utara yang tinggal di Pulau Nias sebelah barat Pulau Sumatera. Masyarakat Suku Nias merupakan salah satu suku bangsa yang masih hidup dalam lingkungan adat dan budaya yang tinggi. Penduduk asli Pulau Nias menyebut pulau mereka Tano Niha, dan menamakan diri mereka Ono Niha. Pada kesempatan ini kita akan mempelajari kebudayaan suku Nias berdasarkan unsur-unsur kebudayaannya. Unsur-unsur kebudayaan suku bangsa Nias tersebut antara lain agama/ religi, mata pencaharian, kemasyarakatan, bahasa, kesenian, dan beragam tradisi budayanya seperti pakaian adat, rumah adat, dan upacara adat.

Wilayah Persebaran Suku Nias

peta-wilayah-Nias-Sumatera-Utara
Sumber: Wikipedia org
Orang Nias mendiami Kabupaten Nias. Kabupaten Nias terdiri atas satu pulau besar utama dan beberapa pulau kecil lainnya. Pulau-pulau kecil lainnya antara lain Pulau Hikano bagian barat, Senau, dan Lafau bagian utara dan Pulau Batu bagian selatan.

Agama/Religi Masyarakat Suku Nias

Agama dan kepercayaan yang berkembang di Nias antara lain Kristen Protestan, Islam, Katolik, Pelebegu, dan Buddha. Pelebegu adalah agama asli yang berkembang di Nias. Istilah pelebegu diberikan oleh para pendatang, sedangkan istilah yang diberikan oleh masyarakatnya sendiri adalah molohe adu (penyembah adu). Pelebegu artinya penyembah roh.

Kepercayaan Pelebegu mempercayai adanya dewa-dewa seperti Lowalangi, Lantura Dano, dan Silewe Nasarata. Lowalangi adalah raja segala dewa. Lantura Dano adalah raja dewa-dewa dunia bawah dan saudara tua Lowalangi. Silewe Nasarata adalah istri Lowalangi yang bertugas melindungi pasa ere (pemuka agama).

Mata Pencaharian Masyarakat Suku Nias

Mata pencaharian suku Nias adalah bercocok tanam baik di ladang (sabe’e) atau di sawah (laza). Namun, mereka yang tinggal di daerah pantai umumnya berkebun kelapa. Alat yang digunakan untuk berladang adalah alat fato (kapak besi), balewa (parang besi) dan taru (tongkat togal), sedangkan untuk bercocok tanam di sawah menggunakan balewa atau fuko (cangkul). Alat untuk menuai padi antara lain balatu wamasi (pisau kecil pemotong padi) dan guti (ani-ani).

Tanaman hasil ladang orang Nias adalah padi, ubi, kayu, ubi jalar, terung, kacang-kacangan, jagung, cabai, dan pisang. Pada tanah yang kurang subur biasanya mereka menanami karet, kopi, dan durian.

Hasil pertukangan orang Nias sudah memasuki teknik tinggi. Orang Nias sudah mengenal teknik membuat benda-benda logam serta pengecoran perunggu dan emas. Mereka pandai membuat seno, gari, telogu (jenis pedang dan pisau perang).

Kemasyarakatan Kabupaten Nias terdiri atas tiga belas kecamatan. Sebagaimana di Jawa, orang Nias mengenal empat kelompok masyarakat sebagai berikut.
1) Siulu adalah kelompok bangsawan. Siulu terdiri atas dua golongan, yaitu balo ziulu dan siulu. Balo ziulu adalah bangsawan yang memerintah, sedangkan siulu adalah bangsawan biasa.
2) Ere adalah kelompok pemuka agama pelebegu.
3) Ono Mbanu adalah kelompok rakyat jelata. Ono Mbanu dibagi menjadi dua, yaitu Silla dan sato. Silla adalah kaum rakyat jelata yang cerdik pandai dan pemuka masyarakat, sedangkan sato adalah rakyat kebanyakan.
4) Sawuyu adalah kelompok budak. Sawuyu dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu binu, sondrana hare, dan holito. Binu adalah orang yang menjadi budak karena perang atau diculik. Sondrana hare adalah orang yang menjadi budak karena tidak dapat membayar utang. Holito adalah orang yang menjadi budak karena ditebus orang setelah dijatuhi hukuman mati.

Hukum adat yang berlaku dalam masyarakat Nias biasanya dibuat oleh raja teteholi ana’a. Sanksi bagi para pelanggar hukuman tersebut berupa denda (fogau).

Sistem Kekerabatan Masyarakat Suku Nias

Kelompok kekerabatan kecil/keluarga batih pada suku Nias disebut sangam bato, sedangkan keluarga luas dinamakan sangambato sabua. Keluarga luas pada suku Nias terdiri atas keluarga batih senior ditambah lagi dengan keluarga batih putranya yang tinggal serumah. Di Nias sebelah utara, timur, dan barat gabungan dari sangambato sabua dari satu leluhur disebut mado, sedangkan di Nias sebelah tenggara dan selatan disebut guna.

Perkawinan suku Nias adalah eksogami. Eksogami adalah perkawinan yang dilakukan dengan orang di luar wilayahnya. Perkawinan adat Nias meliputi beberapa upacara adat yang harus dilakukan. Upacara-upacara tersebut sebagai berikut.
1) Mamebola, adalah upacara mengantar emas pertunangan sebanyak tiga 30 gram emas muda kepada keluarga si gadis. Sebaliknya, pihak pemuda diberi satu kantong terbuat dari tikar.
2) Tiga minggu kemudian diadakan upacara famuli mbola. Famuli mbola yaitu upacara mengembalikan kantong tikar yang diberikan pihak gadis.
3) Upacara penentuan hari perkawinan (fangoto bongi).
4) Upacara pernikahan (fangowalu).
5) Famuli nucha, adalah menjenguk orang tua wanita.

Selain itu, upacara kematian suku Nias memiliki dua upacara adat penting yang juga harus dilakukan, yaitu famalakhisi dan fanoro satua. Famalakhisi adalah perjamuan terakhir kali diadakan bagi seorang ayah yang hampir meninggal. Fanoro satua adalah upacara pemakaman kedua bagi orang yang sudah meninggal. Upacara ini bermaksud untuk mengantarkan roh orang meninggal ke alam baka.

Bahasa Daerah Suku Nias

Suku Nias memiliki bahasa daerah sendiri yang menambah keragaman bahasa daerah Provinsi Sumatera Utara. Terdapat dua bahasa yang digunakan suku bangsa Nias, yaitu bahasa Nias Utara dan Nias Selatan. Bahasa Nias Selatan disebut juga Tello. Bahasa Nias Utara digunakan oleh suku bangsa Nias di bagian utara, timur, dan barat, sedangkan Tello digunakan oleh suku bangsa Nias di bagian tengah, selatan, dan Kepulauan Batu.

Kesenian Suku Nias

Masyarakat Suku Nias memiliki beragam kesenian tradisional. Beberapa kesenian tradisional suku Nias tersebut antara lain seperti seni ukir/ pahat, tenun, seni musik, dan seni tari. Kesenian ukir/ pahat telah lama dikuasai oleh masyarakat Nias. Hal ini dapat dilihat dari beragam ukiran ornamen penghias dinding rumah adat tradisional Nias. Masyarakat Nias terutama kaum wanita melakukan kegiatan menenun sebagai aktifitas berkesenian sekaligus sebagai kegiatan tambahan dalam keseharian mereka. Hasil kerajinan tenun pada umumnya berupa tikar, kain, bolanafo, dan beragam motif kain lainnya.

Dalam hal berkesenian masyarakat Nias juga banyak memiliki karya seni musik dan seni tari. Keberadaan seni musik Nias dapat diketahui dari beragam alat musik tradisional Nias yang sampai saat ini dapat dijumpai, seperti aramba, faritia, kokokoko dan Gondra

Seni tari telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Nias. Berbagai acara dan kegiatan baik kegiatan kemasyarakatan, upacara adat dan maupun penyambutan tamu banyak menampilkan pertunjukan tari. Beberapa macam tarian suku Nias tersebut, yaitu tari Fanari Moyo (Tari Elang), Fatele (Tari Perang), Famanu-Manu (Tari Perang), Bölihae, Hiwö, dan tari Maluaya.

Rumah Adat Suku Nias

rumah-adat-suku-nias
Sumber: Wikipedia org
Rumah adat suku Nias Sumatera Utara berbahan dasar kayu alam dan dikenal tahan gempa. Masyarakat Nias menyebut rumah adat mereka dengan sebutan Omo Hada. Omo Hada merupakan rumah adat berbentuk panggung tradisional sebagai hunian golongan masyarakat umum Nias. Selain Omo Hada di Nias juga terdapat jenis rumah adat lainnya, yaitu Omo Sebua. Omo Sebua merupakan tempat tinggal kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa) atau kaum bangsawan Nias.

Pakaian Adat Suku Nias

Pakaian-adat-suku-nias
Pakaian adat suku Nias
Penduduk Nias di pantai selatan Sumatera memiliki variasi pakaian adat tradisional yang menambah keragaman pakaian adat suku bangsa Provinsi Sumatera Utara. Pakaian adat suku Nias yaitu Baru Oholu (pakaian laki-laki) dan Õröba Si’öli (pakaian perempuan). Pakaian adat nias umumnya didominasi warna-warna emas atau kuning dengan perpaduan warna lain seperti hitam, merah dan putih. Menurut kepercayaan masyarakat nias warna yang digunakan mengandung filosofi, diantaranya.
1. Warna kuning dengan perpaduan corak persegi empat (Ni’obakola) dan pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) dipakai oleh golongan bangsawan. Warna ini menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.
2. Warna merah dengan perpaduan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/ ni’ogöna) dipakai oleh golongan prajurit. Warna tersebut menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit.
3. Warna hitam dipakai oleh golongan rakyat biasa. Warna ini menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
4. Warna putih dipakai oleh para pemuka agama kuno (Ere). Warna ini menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.

Upacara Adat Suku Nias

Masyarakat Suku Nias masih menjunjung tinggi nilai adat peninggalan leluhur. Hal ini dapat dibuktikan dari beragam upacara adat yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Upacara adat tersebut berupa upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup dan upacara adat yang berhubungan dengan aktifitas manusia dan lingkungannya. Upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Nias yaitu upacara kehamilan, kelahiran, masa remaja, pernikahan, dan upacara adat kematian.

upacara-adat-hombo-lompat-batu-nias
Upacara adat hombo/lompat batu Nias
Upacara adat suku Nias yang cukup terkenal yaitu upacara lompat batu. Upacara adat ini dilaksanakan bagi anak-anak remaja Nias menjelang dewasa. Upacara adat ini dilakukan di tengah perkampungan dengan iringan tari perang. Pelaksanaan upacara adat dilakukan dengan cara melompati tumpukan batu alam setinggi 2 meter yang dilakukan oleh remaja Nias untuk mengukuhkan si anak menjadi anak yang dewasa.

Baca juga:
Mengenal Suku Batak Sumatera Utara dan Unsur-Unsur Kebudayaannya
Mengenal Suku Bangsa Sumatera Selatan dan Wilayah Penyebarannya
Mengenal Suku Bangsa di Sumatera Barat : Suku Asli dan Pendatang
Suku Bangsa Yang Terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam