Tembang Dolanan, Pengertian, Ciri-Ciri dan Contohnya
Musik adalah media yang terbuka dan menyenangkan siapa saja yang mendengarkannya. Musik yang universal itu sering dipergunakan sebagai media penyampaian pesan-pesan tertentu kepada masyarakat pendengamya. Tembang Dolanan merupakan bagian dari bentuk penyajian olah vokal seni musik tradisional Jawa sering dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan budipekerti, permainan anak-anak, pengenalan lingkungan alam sekitarnya maupun sebagai hiburan/pelipur lara. Bahkan akhir-akhir ini diketemukan hasil dari penelitian para ahli pendidikan dan dokter-dokter spesialis kandungan bahwa musik termasuk lagu-lagu dolanan anak-anak khususnya mampu meningkatkan daya pikir, kreativitas, imajinasi, kesehatan serta kesembuhan.
Pengertian Tembang Dolanan
Tembang Dolanan (Jawa) yaitu lagu-lagu yang biasa dinyanyikan anak-anak Jawa dengan gerak/tidak. Bahkan sering diiringi dengan gamelan, sehingga sangat menyenangkan. Dan sebagai tembang dolanan, pelaksanaannya dapat dilakukan pada sembarang waktu dan tempat di mana anak-anak sering bermain-main dengan kelompoknya.
Ciri-Ciri Tembang Dolanan
Tembang Dolanan Jawa sebenarnya merupakan salah satu bentuk penyajian olah vokal/seni suara dari musik tradisional Jawa di samping bentuk penyajian yang lain seperti : Tembang Macapat, Tembang Tengahan, Tembang Gedhe, Suluk dan Gendhing. Tiap-tiap jenis olah vokal tersebut memiliki karakteristik dan teknik penyajian yang berbeda-beda. Ciri-ciri Tembang Dolanan yaitu:
1. Mudah dipelajari
Nada-nada yang dipergunakan dalam menyusun melodi sederhana. Tidak banyak menggunakan nada-nada kromatis. Dan di samping itu tidak banyak menggunakan interval-interval jauh dan sulit.
2. Menyenangkan
Pelaksanaan tembang dolanan dilaksanakan sambil bermain-main sehingga tidak perlu/membutuhkan konsentrasi khusus seperti lagu-lagu lain.
3. Ambitus/wilayah nada pendek-pendek
Berdasarkan penelitian seorang sarjana Jerman Friedrich Paulsen (1846-1908) terhadap 3000 orang anak menunjukkan kemampuan anak-anak dalam mencapai ambitus/wilayah nada dalam menyanyi sebagai berikut:
Umur Anak | Ambitus | Umur Anak | Ambitus |
---|---|---|---|
3-5 tahun | 4 buah nada | 9-10 tahun | 9 buah nada |
5-6 tahun | 5 buah nada | 10-11 tahun | 11 buah nada |
6-7 tahun | 7 buah nada | 11-12 tahun | 12 buah nada |
7-8 tahun | 8 buah nada | 13-15 tahun | 13 buah nada |
*) Penelitian ini untuk anak-anak Eropa, sehingga ambitus maksimal anak-anak Eropa dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
- Anak-anak bersuara tinggi memiliki ambitus antara nada c’ s/d f” = 11 buah nada.
- Anak-anak bersuara rendah memiliki ambitus antara nada a s/d d” = 11 buah nada.
4. Dinamis
Berdasarkan hasil penelitian dari 392 buah tembang dolanan yang diterbitkan sejak tahun 1950 s.d karya-karya baru Ki Nartosabdo menunjukkan komposisi penggunaan pathet sebagai berikut:
- Tembang Dolanan yang menggunakan pathet 6 (Nem) = 44 buah
- Tembang Dolanan yang menggunakan pathet 9 (Sanga) = 149 buah
- Tembang Dolanan yang menggunakan pathet Manyura = 76 buah ( ketiganya Lr. Slendro)
- Tembang Dolanan yang menggunakan pathet Bem = 62 buah
- Tembang Dolanan yang menggunakan pathet Barang = 61 buah ( keduanya Lr. Pelog)
Jadi hampir 89% lagu-lagu dolanan penuh dengan dinamika anak-anak sehingga tempo yang dipergunakan antara Moderato/Allegretto sampai Allegro. Lincah, gembira dan dinamis. Dan hanya ± 11% yang menggunakan tempo Andante/Sedang yaitu Tembang Dolanan yang berlaras Slendro Pathet 6 (Nem).
Karakteristik Tembang Dolanan
Tembang Dolanan Jawa ternyata tidak sekedar lagu untuk anak-anak saja melainkan salah satu bagian dari ripta sastra puisi Jawa tradisional. Dan sebagai satu wujud karya sastra Jawa. Tembang Dolanan Jawa memiliki keterikatan dengan kriteria karya seni sastra Jawa, yaitu :
1. Bentuk dan Pemilihan Kata
Dalam mencipta Tembang Dolanan Jawa musisi-musisi/empu sangat memperhatikan bentuk dan pemilihan kata sehingga diharapkan dapat menumbuhkan perkembangan emosi, fantasi, imajinasi, menghimpun rasa serta tanggap terhadap pengenalan lingkungan masyarakat pendukungnya.
Kata-kata yang dipilih dalam tembang dolanan berisi lambang rasa dan tanggapan konkrit terhadap lingkungan dengan berbagai bentuk khusus, antara lain:
a. Bentuk onomatopea (peniru bunyi)
Contoh:
"Tembang Jaranan Bug krincing:
gedebug krincing prok prok, gedebug jedher."
b. Bentuk repetisi (pengulangan)
Contoh :
"Tembang Gundhul-Gundhul Pacul:
Gundhul gundhul pacul cul gemblelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul gemblelengan..."
c. Bentuk reduplikasi (tiruan kembali)
Contoh :
"Montor-montor cilik:
Montor-montor cilik sing sing numpak mbleneg
Lungguh lenggat-lenggut, ngantuk Liyat-liyut..."
d. Bentuk singkatan
e. Bentuk keterangan menyangat dan penyeru.
Keterangan : Dalam kasusastran Jawa dikenal dengan bentuk-bentuk dwilingga, dwilingga salin swara, dwipurwa.
2. Susunan Kata atau Kalimat
Tembang Dolanan Jawa tergolong dalam puisi Jawa tradisional. Hal ini nampak pada susunan kata, pengelompokan kata dalam membentuk kalimat/gatra. Jumlah kalimat/gatra/baris lagu-lagu dolanan Jawa tidak sama jumlahnya. Kebanyakan lagu-lagu dolanan Jawa terdiri antara 2 (dua) baris/gatra sampai dengan 17 gatra.
3. Hiasan Bahasa dalam Tembang Dolanan
Bahasa tembang Jawa termasuk lagu-lagu Dolanan menggunakan bahasa yang luwes, pantas sehingga dapat menggugah rasa indah, dan memikat pendengarnya maupun siapapun yang membacanya.
Hiasan bahasa yang banyak digunakan dalam mencipta lagu-lagu Dolanan adalah bentuk purwakanthi keselarasan bunyi kata. Dalam sastra Jawa mengenal 3 macam purwakanthi, yaitu:
a. Purwakanthi guru swara/asonansi/keselarasan bunyi kata.
Contoh: kata gayuh dengan kata suguh
kata wasis dengan kata gelis
b. Purwakanthi guru sastra/aliterasi sajak konsonan awal, tengah maupun akhir
Contoh: kata manengker dengan mangungkung
kata cungar dengan cungir
c. Purwakanthi lumaksita/repetisi dan pararelisme sajak berjalan
Bentuk-bentuk hiasan lagu-lagu dolanan yang banyak menggunakan purwakanthi lumaksita diwujudkan dengan lagu-lagu dolanan berbentuk parikan, pepindan, candra, cangkriman dan paribasan.
Bentuk dan isi suatu karya sastra selalu berkait erat dan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mengimplikasikan indahnya cipta ripta karya seni tersebut. Suatu karya sastra harus dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat pendukung khususnya dan masyarakat lainnya, karena suatu karya sastra selalu besifat universal. Demikian pula Tembang-tembang Dolanan mengandung makna yang tersirat sebenarnya merupakan gambaran masyarakat Jawa pada jamannya. Tembang-tembang Dolanan kebanyakan menggambarkan masih kuat sekali ketergantungannya terhadap alam lingkungan sekitarnya.
10 Contoh Tembang Dolanan
Berikut ini 10 contoh tembang dolanan Jawa yang berisi lirik-lirik lagu dolanan anak-anak di daerah Jawa. Contoh tembang dolanan anak ini kami lengkapi dengan lirik dan terjemahan dalam bahasa Indonesia, not angka dan not balok, makna lagu dan video lagu dolanan yang dapat kalian lihat dengan cara <klik> masing-masing judul tembang dolanan.
1. Tembang Dolanan Gajah-Gajah (Lirik)
"Gajah-gajah
Kowe tak kandhani
Mripat kaya laron
Siyung loro, kuping gedhe
Kathik nganggo tlale
Buntut cilik
Tansah kopat-kapit
Sikil kaya bumbung
Mung lakumu megal-megol."
2. Tembang Dolanan Menthok-Menthok (Lirik)
"Menthok-menthok tak kandhani
Mung rupamu angisin-isini
Mbokya aja ngetok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok
Ora nyambut gawe
Menthok-menthok mung lakumu
Megal-megol gawe guyu"
3. Tembang Dolanan Gundul-Gundul Pacul (Lirik)
"Gundul-gundul pacul-cul gelelengan..
Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan..
Wakul glimpang segane dadi saratan..
Wakul glimpang segane dadi saratan.."
4. Tembang Dolanan Padhang Bulan (Lirik)
"Yo prakanca dolanan neng njaba,
padhang bulan padhange kaya rina
padhang bulane, seng awe-awe
ngelengake aja padha turu sore.."
5. Tembang Dolanan Gugur Gunung (Lirik)
"Yo ayo kanca ngayahi karyane praja,
kene..kene..kene..kene gugur gunung tandang gawe,
Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane
Lila lan legawa kanggo mulyaning negara,
siji..loro..telu..papat..maju papat papat,
diulang-ulang ake mesthi enggal rampunge
Holopis kontul baris..holopis kontul baris..,
holopis kontul baris..holopis kontul baris.."
6. Tembang Dolanan Cublak Cublak Suweng (Lirik)
"Cublak cublak suweng, suwenge teng gelenter
mambu ketundhung gudel
Pak empo lera lere, sapa guyu delekake
Sir..sir pong dhele gosong..
Sir..sir pong dhele gosong.."
7. Tembang Dolanan Jamuran (lirik)
"Jamuran ya ge-ge thok,
jamur apa ya ge-ge thok
Jamur gajih mbejijeh sa ara-ara,
Semprat semprit jamur apa."
8. Tembang Dolanan Lir-Ilir (Lirik)
"Ilir-ilir tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo taksengguh temanten anyar
Bocah angon-bocah angon penekna blimbing kui
Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dodotiro
Dodotira-dodotira kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Ya soraka sorak hore"
9. Tembang Dolanan Gambang Suling (Lirik)
"Gambang suling kumandhang swarane
Thulat tulit kepenak unine
U..uu.nine mung nrenyuh ake
bareng lan kentrung ketipung suling
sigrak gambangane."
10. Tembang Dolanan Jaranan (Lirik)
"Jaranan jaranan jarane jaran teji,
sing nunggang mas ngabehi
sing ngiring para mantri
Jrek..jrek nong, jrek..jrek gung
srek esrek turut lurung,
Buk krincing gedebuk krincing
prok prok gedebuk jedher..
Buk krincing gedebuk krincing
prok prok gedebuk jedher.."
Baca juga:
Kumpulan Lagu Daerah dan Asalnya 34 Provinsi Beserta Penciptanya
Tembang Macapat: Sejarah, Struktur dan Contohnya
Gamelan Jawa, Nama-Nama Instrumen Gamelan dan Fungsinya
Demikian ulasan tentang "Tembang Dolanan, Pengertian, Ciri-Ciri dan Contohnya" yang dapat kami sampaikan. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan pembaca tentang tembang dolanan Jawa. Baca juga artikel tembang dolanan menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.