Mengenal Suku Bangsa di Sulawesi Selatan dan Wilayah Penyebarannya

Sulawesi Selatan terletak di jazirah selatan pulau Sulawesi. Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan adalah Makassar. Secara administratif provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah di sebelah utara. Selat Makassar di sebelah barat, Teluk Bone di sebelah timur dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores.

Masyarakat Sulawesi Selatan merupakan masyarakat yang majemuk, yaitu terdiri atas beragam suku bangsa dan budaya. Ada suku bangsa yang merupakan penduduk asli dan ada pula yang merupakan pendatang. Sejak dahulu Sulawesi Selatan sebagai tempat yang ramai karena posisinya yang strategis sekaligus kaya dengan sumber daya alam. Oleh karena itu, banyak penduduk dari luar daerah yang datang ke daerah ini terutama untuk berdagang. Bahkan, adapula yang tinggal menetap.

Suku Bangsa Sulawesi Selatan
Penduduk asli Sulawesi Selatan terdiri atas bermacam-macam suku bangsa. Suku bangsa yang dominan, yaitu suku Bugis, Makassar, dan Toraja. Ada kesamaan karakteristik antara suku Bugis dan Makassar. Adapun suku Toraja memiliki karakteristik yang sedikit berbeda.

Suku Bugis
Suku Bugis dan Makassar sebenarnya tersebar di seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Kedua suku bangsa ini relatif berbaur. Namun, ada wilayah-wilayah yang suku bangsa tertentunya dominan.

suku-bugis-sulawesi-selatan
Suku Bugis
Suku Bugis relatif lebih besar dibandingkan suku bangsa lainnya, terutama di Kabupaten Bone, Pangkep, Barru, Sinjai, Wajo, Soppeng, Pinrang, Parepare, Bulukumba, Enrekang, dan Maros. Suku Bugis menyebut diri mereka orang Ugi. Orang Bugis dikenal karena kepiawaiannya mengarungi lautan. Mereka gemar merantau sehingga tersebar di seluruh Nusantara, bahkan hingga ke Afrika dan Australia.

Jauh sebelum pendaratan pertama kolonial Inggris di Australia pada tahun 1 788, kaum Aborigin (penduduk asli Australia) telah menjalin hubungan dagang dengan orang-orang Bugis. Suku Bugis biasanya menjual tembakau, bahan makanan, pakaian, pisau, dan perangkat pertukangan, sedangkan mereka mendapatkan kulit penyu dan mutiara dari suku Aborigin. Orang-orang Bugis berlayar mengarungi samudra luas dengan kapal-kapal berukuran relatif kecil (memuat 25-30 orang) yang terdiri atas 30-60 kapal.

Mayoritas orang Bugis beragama Islam. Mereka berbicara dengan bahasa Bugis, yaitu bahasa Ugi. Bahasa Bugis terdiri atas beberapa dialek, seperti dialek Bone, Soppeng, Luwu, Wajo, Bulukumba, Sidenreng, dan Parepare.

Prinsip kekerabatan orang Bugis mengikuti dua jalur. Pertama, kekerabatan karena adanya hubungan darah yang disebut seajing. Kedua, hubungan kekerabatan karena adanya perkawinan, yang disebut siteppa-teppa.

Hubungan kekerabatan seajing amat besar peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang berhubungan seajing akan saling membantu dalam mengurus masalah perkawinan dan kekerabatan. Mereka juga berkewajiban membela dan mempertahankan siri’, yaitu martabat dan harga diri keluarga. Keluarga seajing tersebut juga menyelenggarakan upacara-upacara seputar daur hidup, seperti upacara perkawinan, kelahiran, dan kematian.

Pada masa lampau di wilayah Bugis pernah berdiri kerajaan-kerajaan. Saat itu masyarakat Bugis terstruktur dalam lapisan-lapisan sosial tertentu. Golongan kerabat atau keturunan raja disebut anakarung (bangsawan). Golongan rakyat biasa disebut tomaradika. Ada pula golongan budak yang disebut ata. Golongan budak tersebut berasal dari kalangan orang-orang yang melanggar adat atau tawanan perang. Namun sekarang, orang-orang Bugis memeluk agama Islam dan sistem perlapisan tersebut ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat.

Suku Makassar
Orang Makassar sering menyebut dirinya orang Mangasara’. Suku Makassar merupakan pelaut yang ulung sama halnya dengan suku Bugis. Secara etimologis, Makassar berasal dari kata mangkasarak. Mangkasarak terdiri atas dua morfem, yaitu mang dan kasarak. Mang mengandung arti memiliki sifat seperti yang terkandung dalam kata dasarnya atau menjelmakan diri seperti yang dinyatakan dalam kata dasarnya, sedangkan kasarak mengandung arti terang, jelas, nyata, tegas atau besar. Jadi, kata mangkasarak mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (jujur). Orang yang memiliki sifat atau karakter mangkasarak, berarti orang tersebut mulia dan berterus terang, apa yang diucapkan di bibir begitu pula di hati.

suku-makassar-sulawesi-selatan
Suku Makassar
Sebagian besar orang-orang Makassar berdiam di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros, dan Pangkajene. Orang-orang Makassar gemar merantau sehingga banyak di antara mereka yang merantau ke berbagai daerah lain di Indonesia. Mereka juga terkenal sebagai pedagang antarpulau yang gigih.

Orang-orang Makassar berbicara dengan bahasa Mangkasara. Ada beberapa dialek dalam bahasa ini, yaitu dialek Lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo, dan Selayar. Kebudayaan orang Makassar memiliki banyak kemiripan dengan suku Bugis. Prinsip kekerabatan suku Makassar secara bilateral. Kedua orang tua, baik bapak maupun ibu, mempunyai peran yang sama. Mereka sendiri mengartikan hubungan kekerabatan berdasarkan kedekatan atau kekerabatan. Kerabat yang dianggap dekat disebut bija. Bija dibedakan menjadi dua, yaitu Bija pammanakang, kerabat dekat karena hubungan darah dan Bija panrengrengan, kerabat dekat karena hubungan perkawinan. Setelah menikah, biasanya orang Makassar cenderung menetap mengikuti pihak orang tua suami.

Struktur masyarakat Makassar mendapat pengaruh dari masa kerajaan dahulu. Pada zaman itu masyarakat terbagi dalam beberapa lapisan. Ada perbedaan antara keluarga raja dan kalangan rakyat biasa. Pola itu masih berpengaruh hingga sekarang. Orang yang masih tergolong keluarga raja-raja (bangsawan) Gowa disebut ana’ karaeng ri gowa, sedangkan para keturunan bangsawan raja disebut ana’ karaeng maraenganaya. Golongan rakyat biasa disebut maradeka, sedangkan lapisan hamba sahaya yang merupakan golongan paling bawah disebut ata.

Suku Toraja
Toraja berasal dari kata to dan riaja. To artinya orang, sedangkan riaja artinya gunung. Jadi, toraja dapat bermakna orang gunung. Suku Toraja menempati kawasan Sulawesi Selatan bagian utara. Kebudayaan dan karakteristik suku Toraja ini sangat berbeda dengan suku bangsa Bugis dan Makassar.

suku-toraja-sulawesi-selatan
Suku Toraja
Mayoritas suku Toraja tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Ada sebagian yang tinggal di kabupaten lain, seperti di Kabupaten Luwu dan Enrekang. Ada pula orang-orang Toraja yang merantau ke daerah lain, seperti Kalimantan dan Papua.

Mata pencaharian pokok masyarakat Toraja bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Pada masa lalu Tana Toraja terkenal sebagai penghasil kopi bermutu tinggi. Namun, kini mereka lebih condong ke pertanian sawah. Mereka juga beternak, khususnya kerbau dan babi, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan upacara-upacara religi mereka.

Masyarakat Toraja juga terkenal sebagai perajin kain berkualitas tinggi. Keindahan kain Toraja telah terkenal hingga ke mancanegara. Banyak kolektor kain dari luar negeri yang memburu kain hasil kerajinan Toraja karena keunikan dan keindahannya.

Sistem kekerabatan orang Toraja disebut marapuan. Kekerabatan suku Toraja ini berorientasi kepada satu kakek moyang pendiri tongkonan. Masyarakat Toraja terbagi dalam tiga daerah adat, yaitu Kama’dikan, Pakamberan, dan Kapuangan. Daerah adat Kapuangan memiliki sistem perlapisan sosial. Golongan masyarakat yang statusnya lebih tinggi (bangsawan) disebut ma’dika, sedangkan golongan rakyat biasa disebut tomakaka.

Selain suku Bugis, Makassar, dan Toraja, di Sulawesi Selatan juga terdapat suku-suku bangsa lain. Suku-suku ini jumlahnya cukup banyak meskipun populasinya tidak sebesar suku Bugis, Makassar, dan Toraja. Keragaman suku itu dan penyebarannya tercantum dalam tabel berikut.

No
Suku Bangsa
Sebaran Wilayah
1 Duri Kabupaten Enrekang (Kecamatan Enrekang, Maiwa, Baraka, Anggareja, dan Alia)
2 Bentong Kabupaten Maros, Bone, dan Barru (Kecamatan Tenete Riaja).
3 Enrekang Kabupaten Enrekang.
4 Konjo Pegunungan Merata di seluruh Kabupaten Gowa.
5 Konjo Pesisir (Kajang) Kabupaten Bulukumba.
6 Maiwa Kabupaten Enrekang (Kecamatan Maiwa).
7 Luwu Kabupaten Luwu dan sekitarnya.
Selain penduduk asli, di Sulawesi Selatan juga bermukim penduduk pendatang. Sebagian besar dari mereka tinggal di kota-kota besar, seperti Makassar, Parepare, dan Plopo. Di kota-kota besar tersedia berbagai macam fasilitas, infrastruktur, dan pusat pelayanan sehingga mengundang pendatang dari dalam maupun luar provinsi. Kehadiran para pendatang itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya di kota. Arus urbanisasi pendatang ke kota ini juga menimbulkan permasalahan bagi kota yang bersangkutan.

Kota yang menjadi tujuan utama bagi para migran adalah Kota Makassar. Perkembangan Kota Makassar yang pesat mengundang banyak pendatang untuk menetap di kota itu. Derasnya arus investasi membuka peluang kerja bagi mereka di Makassar. Pendatang di Kota Makassar berasal dari daerah-daerah di sekitarnya (misalnya Jeneponto) dan luar daerah (misalnya dari Nusa Tenggara Timur dan Jawa).

Baca juga:
Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan
Pakaian Adat Sulawesi Selatan Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Upacara Adat Sulawesi Selatan Lengkap Penjelasannya
Rumah Adat Sulawesi Selatan Lengkap Penjelasannya
Senjata Tradisional Sulawesi Selatan Lengkap, Gambar dan Penjelasannya