Suku Bangsa Sulawesi Barat (Suku Mandar sebagai Suku Utama)

Provinsi Sulawesi Barat memiliki berbagai suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut meliputi suku bangsa Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%), dan iainnya (19,15%). Suku bangsa Mandar merupakan suku bangsa utama di provinsi tersebut.

Seperti daerah lain di Indonesia, di Provinsi Sulawesi Barat terdapat berbagai jenis agama dan kepercayaan yang dipeluk oleh masyarakat Sulawesi Barat. Agama dan kepercayaan itu, antara lain agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, seperti sekolah dan tenaga pendidik (guru) yang memadai. Begitu pula dengan keberhasilan di sektor kesehatan. Kesehatan penduduk yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja penduduk. Berkaitan dengan kedua hal tersebut, pemerintah Provinsi Sulawesi Barat terus menambah jumlah fasilitas kesehatan dan pendidikan.

Suku Bangsa Sulawesi Barat
Suku bangsa yang mendiami Provinsi Sulawesi Barat adalah Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (15,9%), dan lainnya (19.15%). Suku bangsa Mandar merupakan suku bangsa utama di provinsi ini.

Suku hangsa Mandar (atau Andian) tinggal di dataran rendah pantai dan pegunungan Kabupaten Majene, Mamuju, dan Polewali Mandar. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Mandar. Bahasa Mandar memiliki empat dialek yaitu, Balanipa, Majene, Pamboang, dan Awok Sumakengu. Suku bangsa Mandar mendapat pengaruh sangat besar dari suku bangsa Bugis, Makassar, dan Toraja Sa’dan. Wilayah suku bangsa Mandar dikelilingi oleh pegunungan dengan daerah luas di tengah-tengahnya dan cocok untuk persawahan. Hasil laut utama suku bangsa Mandar adalah ikan cakalang dan penyu.

suku-mandar-sulawesi-barat
Suku Mandar
Sebagian besar masyarakat suku bangsa Mandar hidup dengan bertani di sawah atau menanam buah-buahan sambil bekerja sebagai nelayan. Di daerah Sendana dan Malunda, mereka memproduksi kopra dan kakao. Di wilayah Polman persawahan mendapat irigasi baik, Sementara itu, di kabupaten lain masih ada yang menggunakan irigasi secara tradisional, yaitu tergantung pada curah hujan.

Struktur Sosial Masyarakat Suku Mandar
Tatanan sosial masyarakat suku bangsa Mandar berupa kerajaan yang mandiri Masyarakat suku bangsa Mandar mengenal tiga kelas sosial. Kelas tertinggi disebut kelas bangsawan (Todiang Laiyana), kelas menengah merupakan masyarakat umum (Tau Maradika), dan kelas terendah adalah kelas budak (Batua).

Pada kelas ningrat para bangsawan disebut Daeng dan Puang untuk non-ningrat. Sejarah perkembangan sistem kekeluargaan suku bangsa Mandar dibagi ke dalam beberapa periode. Pertama, periode Tomakala, yaitu tidak ada pemerintahan dan tidak ada hukum. Kedua, periode masa transisi (Pappuangang), yaitu ketika sistem hubungan sosial mulai terwujud. Ketiga periode Arajang. Pada periode ini telah ada struktur, peraturan, dan nilai-nilai. Pada saat ini pedoman Arajang masih berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, meskipun mereka telah tersentuh oleh agama Islam dan kehidupan modern. Pada saat ini raja yang dipilih tidak bersifat turun-temurun, tetapi dipilih oleh para pemimpin tradisional (hadat).

Masyarakat suku bangsa Mandar memeluk agama Islam. Pada saat yang sama, kepercayaan animisme masih kuat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka masih percaya pada kekuatan gaib roh yang mendiami tempat-tempat suci. Jasa dukun sering diperlukan untuk berbagai tujuan, termasuk penyembuhan orang sakit dan pengusiran roh jahat.

Baca juga:
Pakaian Adat Sulawesi Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Upacara Adat Daerah Sulawesi Barat Lengkap Penjelasannya
Rumah Adat Sulawesi Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Makanan Khas Sulawesi Barat, Lengkap Penjelasannya
Bahasa Daerah Sulawesi Barat Lengkap Penjelasannya