Suku di Nusa Tenggara Timur : Suku Sumba dan Suku Sawu

Suku Sumba
Suku Sumba adalah penduduk asli yang mendiami Pulau Sumba. Wilayah mereka meliputi Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur. Mata pencaharian orang Sumba adalah bertanam di ladang dan memelihara temak seperti kerbau, sapi, dan kuda. Masyarakat Sumba juga terkenal dengan hasil tenunan tradisionalnya. Mereka juga membuat barang-barang perhiasan dari tulang dan tanduk kerbau, serta peralatan dari besi. Masyarakat juga menganyam barang-barang dari pandan dan bambu.
suku-sumba-nusa-tenggara-timur
Suku Sumba
Orang Sumba umumnya mendirikan perkampungan di daerah perbukitan. Di bagian tanah yang agak rata mereka mendirikan tempat upacara keagamaan yang disebut paraing. Mereka juga mendirikan rumah klen (uma kabihu) di dekatnya. Mereka mendiami rumah tersebut hanya pada musim kemarau.

Sumba menganut sistem garis keturunan patrilineal. Dalam sistem patrilineal, keluarga inti lebih suka mengelompok ke dalam keluarga luas terbatasnya yang membentuk lagi kesatuan klen (kabihu). Setiap klen memiliki seorang pemimpin yang disebut rato. Klen-klen yang dominan menganggap diri sebagai bangsawan dan mereka biasanya disebut golongan maramba. Golongan rakyat biasa disebut Kabisu. Masyarakat Sumba terbagi ke dalam klen yang mereka sebut kabihu. Perkawinan harus bersifat eksogami klen. Di sana ada kabihu penerima wanita atau laija. Status jera dianggap lebih tinggi dari pada laija yang ditunjukkan dalam upacara-upacara adat dan ritual. Poligami di antara golongan bangsawan diizinkan. Kepercayaan asli orang Sumba disebut marapu. Mereka mengenal banyak upacara seputar lingkaran hidup, terutama Upacara-upacara yang berkaitan dengan kematian dan kesuburan tanah.
perkampungan-tradisional-sumba-barat-NTT
Perkampungan Tradisional di Sumba Barat
Suku Sawu
Suku Sawu, Sabu, atau Savu tinggal di Pulau Sawu dan Pulau Raijua di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu di Kecamatan Sawu Timur dan Kecamatan Sawu Barat. Orang Sawu menyebut daerah mereka Rai Hawu. Kata Rai sendiri berarti tanah atau wilayah adat. Masyarakat Sawu terbagi menjadi empat rai, yaitu Haba, Dimu, Mahara, dan Liae. Bahasanya disebut bahasa Sawu, dan tampak berbeda dengan kelompok bahasa Melayu. Mata pencaharian utama masyarakat Sawu adalah bertanam padi di sawah dan di ladang. Pada musim kemarau mereka menyadap nira lontar dan memasaknya menjadi gula. Mereka juga memelihara kerbau dan kuda.

Kampung yang mereka diami didirikan di punggung bukit dan dipagari dengan batu karang atau batu kali yang disebut rae kowa. Masyarakat tidak selalu berada di rumah kampung ini. Mereka sering berdiam di pondok-pondok yang didirikan di ladang yang disebut liha pada.

Masyarakat suku Sawu menganut prinsip kekerabatan patrilineal. Keluarga-keluarga inti bergabung dalam kelompok keluarga luas terbatas yang disebut Dara amu. Beberapa dara amu bergabung pula ke dalam sebuah udu (klen patrilineal) yang dikepalai oleh seorang pemimpin yang disebut dungu udu.

Warga masyarakat ini sebagian besar masih memeluk keyakinan lama. Mereka menyembah Deo Mone Ae (dewa yang besar). Dalam siklus hidupnya masyarakat suku Sawu banyak melakukan upacara-upacara keagamaan, terutama upacara bersih desa dan upacara kematian (haga). Upacara dipimpin oleh Ratu Mone Pitu (Iman yang tujuh orang).

Baca juga:
Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Rumah Adat Nusa Tenggara Timur Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat Nusa Tenggara Timur Lengkap Penjelasannya