6 Contoh Tembang Macapat Pangkur Lengkap Artinya
Tembang Pangkur memiliki arti mundur/ mungkur/ mengundurkan diri, artinya tembang ini memberikan gambaran bahwa manusia memiliki fase yaitu saat-saat dimana dia akan mundur dari kahidupan ragawi dan beralih ke kehidupan jiwa atau kehidupan spiritual. Pangkur juga dapat diartikan menyingkirkan hawa nafsu duniawi, atau nafsu negatif yang menggerogoti jiwa manusia.
Watak Tembang Pangkur adalah bernuansa pitutur(nasehat), pertemanan, dan cinta. Banyak yang mengartikan tembang macapat pangkur merupakan tembang Jawa yang berbicara tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai mungkur atau mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Maka dari itu banyak sekali tembang-tembang macapat pangkur yang berisikan nasihat-nasihat pada generasi muda.
Tembang Pangkur memiliki Guru Gatra: 7 baris setiap bait (Artinya tembang Pangkur ini memiliki 7 larik atau baris kalimat).
Guru Wilangan Tembang Pangkur yaitu: 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris kedua berisi 11 suku kata, dan seterusnya), dan Guru Lagu Tembang Pangkur yaitu: a, i, u, a, u, a, i (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir vokal i, dan seterusnya).
Contoh Tembang Pangkur
Berikut ini beberapa contoh tembang Pangkur, dari yang sebelumnya hanya kami tuliskan 6 contoh, telah kami update dengan menambah menjadi 18 contoh tembang Pangkur lengkap dengan artinya (14 tembang Pangkur yang diciptakan oleh KGPA. Mangkunagara IV (dalam serat Wedatama) dan 4 tembang Pangkur yang kami rangkum dari sumber lain).
1) Mingkar mingkuring angkara,
Akarana karenan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung,
Kang tumrap neng tanah Jawa,
Agama ageming aji.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya: (Versi perbaikan)
Menjauhkan diri dari nafsu angkara, karena berkenan mendidik putra dalam bentuk syair dan lagu, dihias penuh variasi, biar menjiwai ilmu luhur yang dituju, Di tanah Jawa (Indonesia) ini, yang hakiki itu adalah agama, sebagai pegangan yang baik.
Berkaitan dengan arti dari tembang macapat Pangkur yang sebelumnya telah kami tuliskan, kami telah melakukan perbaikan arti yang kami rasa lebih tepat sesuai dengan sumber tulisan kami yakni dari buku "Menyingkap serat Wedotomo" oleh : Anjar Any.
Artinya: (Versi sebelumnya)
Disingkur oleh angkara,
Oleh karena puas dengan anak didik,
Dihiasi nyanyian yang resmi,
Disambut diselamatkan,
Agar selamat, budi pekerti ilmu luhur,
Bagi orang tanah Jawa,
Agama adalah pedomannya.
2) Jinejer neng Wedatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun,
Yen tan mikani rasa,
Yekti sepi asepa lir sepah, samun,
Samangsane pasamuan,
Gonyak ganyuk nglilingsemi.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Disajikan di Wedatama, agar jangan kekurangan pengertian, Bahwa sebenarnya walau telah tua bangka, Jika tak punya perasaan, sebenarnya tanpa guna, bagai sepah buangan, Bila dalam pertemuan, sering bertindak salah dan memalukan.
3) Nggugu karsane priyangga,
Nora nganggo peparah lamun angling,
Lumuh ingaran balilu,
Uger guru aleman,
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun ing samudana,
Sesadon ingadu manis.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Hanya mengikuti kehendak diri sendiri, Bila berkata tanpa perhitungan, tidak mau dianggap bodoh, hanya mabuk pujian, Namun orang yang tahu gelagat (pandai), justru selalu merendah diri, (berpura-pura), menanggapi Semuanya dengan baik.
4) Si pengung nora nglegewa,
Sangsayarda denira cacariwis,
Ngandhar-andhar angendhukur,
Kandhane nora kaprah,
Saya elok alangka longkanganipun,
Si wasis waskitha ngalah,
Ngalingi marang si pingging.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Si Dungu tidak menyadari, Bualannya semakin menjadi jadi, melantur tidak karuan, Bicaranya yang hebat-hebat, makin aneh dan tak masuk akal, Si Pandai maklum dan mengalah, menutupi ulah si Bodoh.
5) Mangkono ngelmu kang nyata,
Sanyatane mung weh reseping ati,
Bungah ingaranan cubluk,
Sukeng tyas yen denina,
Nora kaya si punggung anggung gumrunggung,
Ugungan sadina dina,
Aja mangkono wong urip.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Demikianlah ilmu yang sejati, Sebenarnya hanya menyenangkan hati, Suka dianggap bodoh, Gembira apabila dihina, Tidak seperti si Dungu yang selalu sombong, Ingin dipuji setiap hari, Jangan demikianlah hidup dalam pergaulan.
6) Uripe sepisan rusak,
Nora mulur nalare ting saluwir,
Kadi ta guwa kang sirung,
Sinerang ing maruta,
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung,
Pindha padhane si mudha,
Prandene paksa kumaki.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Hidup hanya sekali di dunia berantakan, Tidak berkembang, pikirannya tercabik-cabik (Picik), Ibarat goa gelap menyeramkan, terlanda angin, Suaranya berkumandang keras sekali, Demikianlah anak muda jika picik pengetahuannya, namun demikian sombongnya minta ampun.
7) Kikisane mung sapala,
Palayune ngendelken yayah wibi,
Bangkit tur bangsaning luhur,
Lha iya ingkang rama,
Balik sira sarawungan bae durung,
Mring atining tata krama,
Nggon anggon agama suci.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Tekadnya remeh sekali, bila menghadapi kesulitan berlindung dibalik orang tuanya, yang terpandang dan bangsawan. Itu kan ayahmu, Sedangkan kamu belum kenal inti sari sopan santun (tata krama), yang merupakan ajaran agama/peraturan yang utama.
8) Socaning jiwangganira,
Jer katara lamun pocapan pasthi,
Lumuh asor kudu unggul,
Semengah sesongaran,
Yen mengkono kena ingaran katungkul,
Karem ing reh kaprawiran,
Nora enak iku kaki.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Sifat-sifat pribadimu, nampak apabila bertutur kata, Tidak mau kalah, maunya menang sendiri, Sombong dan meremehkan orang, Yang demikian dapat disebut tergila-gila akan tingkah laku kesombongan, Itu tidak terpuji nak.
9) Kekerane ngelmu karang,
Kekarangan saking bangsa ning gaib,
Iku boreh paminipun,
Yan rumasuk ing jasad,
Amung aneng sajabaning daging kulup,
Yen kapengkok pancabaya,
Ubayane mbalenjani.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Didalam ilmu sihir, rekaan dari hal-hal gaib, itu ibarat bedak, tidak meresap kedalam jiwa, Hanya ada diluar daging saja nak, Apabila terbentur mara bahaya, Tak dapat diandalkan. (Yang disanggupkan itu tak ditepati).
10) Marma ing sabisa bisa,
Bebasane muriha tyas basuki,
Puruitaa kang patut,
Lan traping angganira,
Ana uga angger ugering kaprabun,
Abon aboning panembah,
Kang kambah ing siyang ratri.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Oleh karena itu sedapat-dapatnya, Setidak-tidaknya berusahalah berhati yang baik, Berguru yang benar, yang sepadan dengan dirimu, Ada juga aturan dan pedoman negara, perlengkapan berbakti, yang dipakai siang dan malam.
11) Iku kaki takokena,
Marang para sarjana kang martapi,
Mring tapaking tepa tulus,
Kawawa nahen hawa,
Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu,
Tan mesthi neng janma wredha,
Tuwin mudha sudra kaki.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Oleh karena itu sedapat mungkin, Berusahalah mencapai kebahagiaan, Bergurulah kepada orang yang pandai, Sesuai dengan diri pribadimu, Disamping itu ada aturan dan pedoman Negara, Tata cara berbakti, yang dipakai siang malam.
12) Sapantuk wahyuning Allah,
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit
Bangkit mikat reh mangukut,
Kukutaning jiwangga,
Yen mengkono kena sinebut wong sepuh,
Lire sepuh sepi hawa,
Awas roroning atunggil.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Siapapun yang menerima wahyu Illahi, Lalu dapat mencerna dan menguasai ilmu, Mampu menguasai ilmu kasampurnan, Kesempurnaan diri pribadi, Orang yang demikian Itu pantas disebut "orang tua", Orang yang tidak dikuasai nafsu, Dapat memahami dwi tunggal (Titah dan yang menitahkan, baik dan buruk dll.)
13) Tan samar pamoring suksma,
Sinuksmaya Winahya ing ngasepi,
Sinimpen telenging kalbu,
Pambukaning warana,
Tarlen saking liyep layaping aluyup,
Pindha pesating sumpena,
Sumusuping rasa jati.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya: (Versi Perbaikan)
Tidak ragu-ragu terhadap citra Sukma (Tuhan), Diresapi dan dibuktikan dikala sepi (hening), Diendapkan dilubuk hati, Pembuka tirai itu tidak lain dari keadaan antara sadar dan tiada (Kusuk), Serasa mimpi, hadirnya rasa yang sejati.
Kami juga melakukan perbaikan arti/ makna pada tembang Pangkur berikut ini.
Artinya: (Versi sebelumnya)
Tidak ragu pamor dari suksma,
Menerima wahyu di tempat yang sepi,
Disimpan di dalam kalbu,
Pembukaannya dengan kedatangan,
Dari mata setengah terpejam,
Seperti kecepatan mimpi,
Masuknya rasa sejati.
14) Sejatine kang mangkana,
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi,
Bali alaming ngasuwung,
Tan karem karameyan,
Ingkang sipat wisesa winisesa wus,
Mulih mula mulanira,
Mulane wong anom sami.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)
Artinya:
Sebenarnya yang demikian itu, sudah mendapat anugerah Tuhan, Kembali kealam kosong, tidak mabuk keduniawian, yang bersifat kuasa menguasai, Kembali keasal mula. Oleh karena itu hai anak muda sekalian.
15) Sekar Pangkur kang Winarna,
Lelabuhan kang kangge wong aurip,
Ala lan becik punika,
Prayoga kawruhana,
Adat waton punika dipun kadulu,
Miwah ingkang tatakrama,
Den kaesthi siyang ratri
Artinya:
Tembang Pangkur yang diceritakan,
Pengabdian yang berguna untuk orang hidup,
Jelek dan baik itu,
Sebaiknya kamu ketahui,
Adat istiadat itu hendaknya dilaksanakan,
Juga yang berupa tata krama,
Dilaksanakan siang dan malam.
16) Kadiparan karsanira,
Andikane panembahan ing Giri,
Mung yayi kalawan ingsun,
Kang tumaraping nawala,
Kinen milih wadhah lawan isinipun,
Pundhi ta ingkang kinarsan,
Yayi miliha kariyin.
Artinya:
Seperti tempat yang diinginkan,
Perkataan Panembahan Giri,
Hanya adik dengan ingsun,
Yang datang di hutan,
Disuruh memilih wadahnya atau isinya,
Uanglah yang diinginkan,
Adik milihlah dahulu.
17) Wewolu sariranira,
Yekti nora kena sira ngoncati,
Salah siji sking wolu,
Cacad karatonira,
Yen tinggala salah siji saking wolu,
Kang dhihin Bathara Endra,
Bathara Surya ping kalih.
(Rangga Warsita, Serat Rama Jarwa)
Artinya:
Kedelapan salira dia,
Sesungguhnya tidak boleh dilompati,
Salah satu dari delapan,
Cacat keratonnya,
Kalau meninggalkan salah satu dari delapan,
Yang pertama Bathara Endra,
Yang kedua Bathara Surya.
18) Bayu ingkang kaping tiga,
Kuwera kang sekawanipun nenggih,
Baruna kalimanipun,
Yama Candra lan Brama,
Jangkep wolu den pasthi mangka ing prabu,
Anggenira ngastha brata, sayekti ing narapati.
(Rangga Warsita, Serat Rama Jarwa)
Artinya:
Yang ketiga adalah Bayu,
Yang keempat adalah Kuwera,
Yang kelima adalah Baruna,
Yang keenam Yama ketujuh Candra kedelapan Brama,
Genap delapan itu pasti sang Prabu,
Yang dilakukan tapa brata, benar-benar menjadi seorang raja.
Contoh Video Penyajian Tembang Macapat Pangkur
Baca juga:
6 Contoh Tembang Dhandhanggula dan Artinya Secara Lengkap
6 Contoh Tembang Macapat Pocung dan Artinya Secara Lengkap
Macam-Macam Tembang Tengahan dan Contohnya
6 Contoh Tembang Macapat Pocung dan Artinya Secara Lengkap
Macam-Macam Tembang Tengahan dan Contohnya
Demikian pembahasan tentang"6 Contoh Tembang Macapat Pangkur Lengkap Artinya" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel Tembang Jawa menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.