Ciri-Ciri Teater Tradisional dan Jenis-Jenis Teater Tradisional Nusantara

A. Ciri-Ciri Teater Tradisional

Teater tradisional juga sering disebut "teater daerah" sebagai bentuk kesenian teater yang bersumber dari masyarakat suatu daerah, berakar pada masyarakat dan dianggap sebagai milik sendiri oleh suatu masyarakat lingkungannya. Pengolahan teater daerah berdasarkan cita rasa masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri teater traudisional bersifat spesifik kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya. 

Ciri-ciri utama Teater Tradisional antara lain;
  • Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah, dengan logat dan gaya bahasa daerah.
  • Tanpa skenario rinci dan lebih mengutamakan improvisasi.
  • Terdapat unsur nyanyian dan tarian daerah.
  • Menggunakan iringan tetabuhan alat musik tradisional daerah (musik daerah).
  • Diwarnai dengan banyolan/ dagelan yang mengundang tawa penonton.
  • Terjalin keakraban antara pemain dan penonton.
  • Suasana pertunjukan santai.

B. Jenis-Jenis Teater Tradisional

Jenis-jenis teater yang dapat dikelompokan ke dalam Teater Tradisional yaitu;
a. Teater Rakyat
Teater rakyat lahir secara spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati oleh masyarakat, dan berkembang mengikuti perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Pada umumnya teater rakyat terlahir karena dorongan kebutuhan masyarakat akan suatu hiburan, yang kemudian meningkat untuk kepentingan lain seperti; kebutuhan akan tradisi upacara adat (upacara pernikahan adat, dll). 

Jenis-jenis teater rakyat yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia seperti; Makyong (Riau), Randai (Sumatra Barat), Mamanda (Kalimantan), Topeng Arja (Bali), Sinrilli (Sulawesi), Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Jawa Barat), Lenong, Topeng Betawi (DKI Jakarta), Debus, Ubrug (Banten), Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (JawaTengah), Ludruk, Reog Ponorogo, Gambuh, Calonarang (Jawa Timur).

b. Teater Klasik
Teater klasik merupakan perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam penggarapannya baik secara teknis maupun corak teaternya. Adanya pembinaan dan pelatihan secara terus menerus dari kalangan atas, seperti raja, bangsawan, atau tingkat sosial lainnya membuat kwalitas jenis teater ini mengalami kemapanan. Oleh karena itu jenis kesenian klasik ini kebanyakan lahir di lingkungan istana (pusat kerajaan). Terdapat batasan-batasan atau aturan dalam pementasan teater klasik, seperti aturan etis (kesopanan), estetis (keindahan) yang telah ditentukan.

Jenis-jenis teater klasik yaitu seperti wayang kulit, wayang wong (Jawa Tengah), wayang golek (Jawa Barat).

c. Teater Transisi
Teater transisi pada dasarnya juga bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya pementasannya banyak dipengaruhi oleh teater barat. Pengaruh teater barat terlihat pada tata cara penyajian teater transisi ini. Meskipun teater transisi belum secara utuh setia terhadap naskah teater, namun karena tumbuh dari masyarakat kota serta banyak dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan aspirasi rakyat secara utuh.

Jenis-jenis teater transisi pada masa awal, yaitu seperti sandiwara Dardanella dan komedi Stambul (teater semacam ini lebih disebut dengan istilah "sandiwara"). Sedangkan teater transisi masa sekarang, yaitu seperti sandiwara Srimulat (Jawa Timur), sandiwara Sunda (Jawa Barat), Sandiwara Bangsawan (Sumatra Selatan dan Utara).

Baca juga:
Pengertian, Unsur, Fungsi Teater dan Drama Menurut Para Ahli
Perbedaan Teater Tradisional dan Teater Modern
5 Jenis Teater Menurut Bentuk Penyajiannya