Upacara Adat Papua Barat Lengkap Penjelasannya
Sebagian besar penduduk Provinsi Papua Barat telah menganut agama Kristen dan Katolik. Akan tetapi, sampai saat ini mereka masih menjalankan beberapa upacara ritual yang berkaitan dengan daur hidup serta kegiatan sehari-hari.
Upacara Adat Papua Barat
Upacara daur hidup biasanya dilakukan untuk memperingati saat-saat penting sepanjang hidup manusia, seperti kelahiran, menjelang dewasa, perkawinan, dan kematian. Setiap suku bangsa memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan upacara daur hidup. Berikut ini contoh upacara daur hidup suku bangsa Biak yang tinggal di Kabupaten Raja Ampat.
1. Upacara Adat Kelahiran
Wanita yang akan melahirkan harus tinggal dalam sebuah kandang di bawah rumah. Wanita tersebut duduk di tikar yang ditaburi pasir putih. Ia dibantu oleh dua orang wanita. Seorang wanita duduk di belakang sebagai sandaran punggung dan pinggul wanita yang akan melahirkan. Sementara itu, seorang wanita lagi duduk di depan wanita yang hamil tersebut untuk menerima bayi yang akan dilahirkan.
Ketika bayi sudah lahir, tali pusarnya dipotong dengan sebilah pisau bambu dan dikeringkan. Ari-arinya dimasukkan ke dalam kantong yang telan diisi dengan tanah. Kemudian ari-ari tersebut ditanam di sekitar rumah.
Masyarakat suku bangsa Biak mempunyai kepercayaan bahwa jika suatu keluarga mempunyai anak kembar, maka salah satunya harus dibunuh. Oleh karena menurut mereka anak kembar tersebut akan membawa sial. Ada pula kepercayaan jika wajah anak laki-laki mirip dengan wajah ayahnya atau wajah anak perempuan mirip dengan wajah ibunya, maka ayah atau ibu dari bayi ini akan meninggal.
Ketika seorang anak laki-laki sudah berumur sepuluh tahun, anak tersebut biasanya tinggal di rumah bujang. Pada saat itu mereka akan belajar kegiatan yang dilakukan oleh kaum pria.
2. Upacara Adat Menjelang Dewasa
Upacara menjelang dewasa ini berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan. Upacara yang dilaksanakan untuk anak laki-laki disebut k’bor. Inti dari upacara ini adalah sama dengan upacara khitan dalam agama Islam.
Sebelum melaksanakan upacara ini, anak dikurung dalam sebuah bilik selama sembilan hari. Badannya ditutupi tikar. Pada saat pelaksanaan upacara, anak tersebut dikhitan oleh seorang dukun khitan. Selesai dikhitan dia harus masuk kembali ke dalam bilik. Makanannya diantar oleh seseorang yang harus memalingkan mukanya ketika memberikan makanan.
Untuk anak perempuan diadakan upacara aro era tu ura. Upacara ini dilakukan untuk anak yang berusia 3-5 tahun. Seorang dukun (aebe siewi) akan melubangi daun telinga dan cuping hidung anak tersebut.
3. Upacara Adat Perkawinan
Upacara perkawinan biasanya dilakukan di rumah pihak pria. Seorang pemuda harus memberikan mas kawin (ararim) kepada calon istrinya. Kedua mempelai mengenakan bermacam-macam perhiasan rambut, gelang, kalung kerang, dan lain-lain sehari sesudah hari pernikahan.
Upacara pernikahan dilaksanakan di atas sebuah panggung yang didirikan di tengah rumah. Pada tengah malam tiap-tiap mempelai dipanggul oleh kerabatnya. Mempelai wanita dipanggul oleh wanita dari kerabat calon suami. Sebaliknya, mempelai pria dipanggul oleh pria dari kerabat calon istri. Kemudian, keduanya didudukkan di atas panggung. Baik mempelai pria maupun mempelai wanita masing-masing diangkat oleh empat orang kerabatnya secara bergantian. Upacara ini bertujuan untuk menunjukkan persamaan status kedua belah pihak.
4. Upacara Adat Kematian
Jika ada kerabat yang meninggal, biasanya jenazah disemayamkan sampai dua hari. Hidung, mulut, dan telinga jenazah itu disumbat dengan tembakau. Kepala jenazah dipalingkan dan matanya ditutup. Salah seorang kerabat orang yang meninggal tadi mencukur rambut jenazah, kecuali rambut yang ada di atas dahi. Kemudian, jenazah dimasukkan ke dalam celopen yang dijahit. Posisi tangan disilangkan ke dada. Lutut dilipat ke atas, lalu dibungkus tikar. Jenazah lalu dibaringkan di dalam kuburan berbantalkan sebutir kelapa muda. Setelah kuburan ditutup, semua anggota klen melangkahinya.
Di atas kuburan dibangun sebuah rumah kecil tempat meletakkan benda-benda yang pernah dipakai oleh orang yang sudah meninggal. Sebulan setelah penguburan, kuburan digali kembali untuk mengambil kepala orang yang sudah meninggal. Hal tersebut dilakukan karena mereka menganggap kepala adalah tempat nenek moyang bersemayam.
Selain upacara-upacara tersebut ada pula upacara adat yang dilakukan oleh suku bangsa asli yang tinggal di Kabupaten Teluk Wondama. Upacara tersebut adalah Wamendereow (Parwabuk) dan Kiuturu Nandauw (Kakarukrorbun). Wamendereow (Parwabuk) adalah upacara adat pernikahan. Dalam upacara ini biasanya seluruh warga kampung berkumpul dan menghampar tikar di kediaman pengantin pria. Kiuturu Nandauw (Kakarukrorbun) adalah upacara adat potong rambut pertama kali pada anak berusia lima tahun.
Baca juga:
Rumah Adat Papua Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Bahasa Daerah Papua Barat Lengkap Penjelasannya
Pakaian Adat Papua Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Baca juga:
Rumah Adat Papua Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Bahasa Daerah Papua Barat Lengkap Penjelasannya
Pakaian Adat Papua Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya