Upacara Adat Kalimantan Timur Lengkap Penjelasannya

Upacara Adat Kalimantan Timur

Upacara adat atau upacara tradisional adalah upacara yang diselenggarakan menurut adat istiadat yang berlaku di daerah setempat. Upacara tradisional Provinsi Kalimantan Timur tidak dapat dipisahkan dari agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Sampai saat ini, masih ada sebagian masyarakat suku bangsa Dayak yang memercayai adanya dewa-dewa. Mereka percaya bahwa di langit tinggal para roh dan dewa (seniang) yang masing-masing mempunyai tugas sendiri terhadap kehidupan manusia.

Selain itu, mereka mengenal adanya nayuq seniang yaitu makhluk gaib (dewa) yang tinggal di bumi sebagai pelindung manusia. Suku bangsa Dayak juga percaya kepada roh nenek moyang yang telah meninggal. Hal ini terlihat pada kebiasaan mengayau (balaag) untuk menambah kekuatan gaib seseorang.

upacara mangayau adat kaltim

Bentuk upacara adat dalam masyarakat Provinsi Kalimantan Timur cukup banyak. Upacara adat daerah ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu upacara yang berhubungan dengan daur hidup manusia dan upacara yang berhubungan dengan masyarakat serta lingkungan. Jenis upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup masyarakat Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut.

A. Upacara Adat Masa Kelahiran

Upacara yang dilakukan pada masa ini ada beberapa jenis. Namun, yang menjadi perhatian khusus yaitu bayi yang lahir pada bulan Safar. Menurut kepercayaan, anak tersebut akan menemui banyak bahaya (naas) sepanjang hidupnya. Agar terhindar dari malapetaka, harus diadakan upacara timbangan. Upacara timbangan dilakukan dengan cara anak disetimbangkan dengan sejumlah buah-buahan. Upacara ini diadakan setiap tahun pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Dalam tradisi masyarakat Kutai juga ada upacara naik ayun/ tasmiyah, yaitu upacara pemberian nama bayi yang baru lahir.

B. Upacara Adat Masa Dewasa

Upacara pada masa ini terutama untuk mencari jodoh untuk pasangan hidup. Kesempatan berkenalan untuk memilih ini dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan adat. seperti berharian (pelaa’ru), ngayang, dan purun. Berharian yaitu bekerja bersama secara bergantian. Ngayang yaitu bertamunya seorang pemuda ke rumah pemudi pada malam hari. Purun yaitu wisata bersama sambil memasak atau menyiapkan alat-alat penangkap ikan.

C. Upacara Adat Perkawinan

Upacara pada masa ini merupakan simbol peralihan status seseorang dari masa lajang ke masa berumah tangga. Upacara masa ini dibedakan atas upacara sebelum perkawinan, upacara perkawinan, dan upacara setelah perkawinan. Upacara sebelum parkawinan terdiri atas beberapa tahap, seperti melamar, penyerahan tanda ikatan, dan serangkaian ritual sebelum pelaksanaan perkawinan. Upacara perkawinan dilaksanakan di rumah (lamin) pengantin laki-laki dengan mengambil tempat pada bagian muka (use). Sesudah perkawinan, kedua pengantin melaksanakan upacara palan. Upacara palan yaitu upacara yang berisi pantangan atau larangan yang tidak boleh dilanggar oleh pengantin, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

D. Upacara Adat Kematian

Upacara masa ini untuk tiap-tiap suku bangsa berbeda. Namun, semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu agar arwah diantarkan dengan selamat ke alam baka dan tidak mangganggu yang ditinggalkan. Upacara kematian suku bangsa Dayak Tunjung terbagi atas tiga jenis, yaitu upacara toho, kenyau, dan kwangkai. Suku bangsa Dayak Benuaq mengenal tiga jenis upacara kematian, yaitu param api, kenyau, dan kwangkai. Upacara kematian suku bangsa Dayak Bahau terdiri atas lima tahap, yaitu madu pate (memandikan mayat), makan berweg (memberi makan mayat), pamakaman (penguburan jenazah), muqak toq (mengusir hantu), dan hadui taknaq (memandikan roh).

Selain upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup, ada pula beberapa jenis upacara adat yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar.

E. Upacara Adat Ngungu Tahun

Ngungu tahun adalah upacara adat suku bangsa Dayak Bahau untuk memelihara tahun. Upacara sejenis dapat ditemui dalam suku bangsa Melayu Kutai di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan nama erau pelas tahun.

F. Upacara Adat Mangosang

Mangosang adalah upacara adat suku bangsa Dayak Aboeng untuk menunjukkan semangat keberanian, kesetiaan, dan kecintaan terhadap sukunya.

G. Upacara Adat Bob Jengau

Bob jengau adalah upacara adat menanam padi ladang pada suku bangsa Dayak Modang. Upacara sejenis dapat ditemui pada suku-suku lain, seperti Upacara hudoq (suku bangsa bangsa Dayak Kenyah), dongei (suku bangsa Dayak Bahau), dan kwangkai (suku bangsa Dayak Tunjung dan Benuaq).

H. Upacara Adat Pelambe

Pelambe adalah upacara adat pada suku bangsa Dayak Punan. Upacara ini dilakukan jika pada tahun berjalan tidak mendapatkan hasil panen yang baik, tidak ada musim buah, dan tidak ada musim babi.

I. Upacara Adat Mamat dan Belawing

Mamat dan belawing adalah upacara adat pada suku bangsa Dayak Kenyah Lepo Tau di Apo Kayan. Upacara ini melambangkan kemenangan, kejayaan, dan keberanian prajurit perang,  serta untuk menolak roh-roh jahat.

J. Upacara Adat Beliatn

Upacara beliatn adalah sebuah ritus penyembuhan yang biasa dilakukan oleh suku bangsa Dayak Benuaq. Ada beberapa jenis upacara beliatn, tetapi yang paling popular dan sering diselenggarakan adalah beliatn bawo dan beliatn Sentiyu. Beliatn Bawo merupakan upacara penyembuhan yang dapat dipimpin tabib perempuan. Upacara ini biasanya dilakukan untuk pengobatan ringan seperti demam pada anak-anak. Sementara itu, beliatn sentiyu merupakan upacara beliatn terbesar yang dipimpin oleh seorang tabib atau lebih. Upacara ini biasanya berlangsung hingga 4 hari 4 malam.

Upacara beliatn biasanya berlangsung di rumah lamin. Sebelum upacara dilakukan, berbagai perlengkapan disiapkan. Persiapan tersebut antara lain menyembelih beberapa ekor babi untuk diambil darahnya, patung-patung kecil yang melambangkan hantu pengganggu, ornamen janur, dan ramuan dari dadaunan. Selain itu, mereka juga menyiapkan masakan khas untuk upacara beliatn, yaitu tumpi dan lemang yang terbuat dari beras ketan.

Upacara beliatn dimulai pada malam hari. Orang-orang yang sakit dibaringkan di lamin. Kerabatnya duduk di samping pasien dan menyaksikan jalannya ritual. Tabib yang mangobati menari dengan diiringi musik tetabuhan sambil melantunkan mantra dalam bahasa Kutai. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan tidak terkendali. Sambil terus menari, tabib beliatn mengoleskan ramuan pada tubuh si pasien. Bagian belakang tubuh si pasien dihisap untuk menyedot roh jahat yang mengganggu. Pada malam terakhir, yaitu malam yang keempat, disembelihlah seekor babi untuk diambil darahnya. Darah babi tersebut dioleskan pada tubuh pasien, sedangkan dagingnya dimasak esok paginya sebagai lauk.

gambar upacara adat beliatn kaltim

Sesudah upacara beliatn, para pasien belum diizinkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka masih berada pada masa tuhing, yaitu masa tabu untuk menjalani berbagai pantangan. Masa tuhing berlangsung hingga empat hari. SeteIah itu, pasien baru diizinkan kembali ke tempat tinggalnya.

Bagi orang Benuaq ataupun masyarakat pedalaman lainnya, penyakit dianggap sebagai akibat dari ketidakseimbangan manusia, alam, dan lingkungan sosial budayanya. Oleh karena itu, ritus penyembuhan tersebut merupakan salah satu upaya mencapai harmonisasi yang hilang.

Demikian pembahasan tentang "Upacara Adat Kalimantan Timur Lengkap Penjelasannya" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel kebudayaan Daerah Kalimantan Timur menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.



Sumber : Selayang Pandang Kalimantan Timur : M. Purwati